Buku Tamu

Anda adalah pengunjung ke
View My Stats
  • Isi Buku Tamu
  • Lihat Buku Tamu


  • |

  • Kembali ke Halaman Depan
  • Sampel Artikel
  • PANDUAN PENULISAN NASKAH


  • Jumat, 27 Januari 2012

    Asesmen Keterampilan Menulis dalam Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus

    Tjutju Soendari
    Universitas Pendidikan Indonesia

    ABSTRAK
    Dalam konteks pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), asesmen berfungsi untuk melihat kemampuan dan kesulitan yang dihadapi seorang siswa, sebagai bahan untuk menentukan apa yang sesungguhnya dibutuhkan dalam pembelajarannya. Dengan perkataan lain, asesmen digunakan untuk menentukan dan menetapkan dimana letak masalah yang dihadapi serta apa yang menjadi kebutuhan belajar seorang siswa saat ini. Kajian ini mendeskripsikan tentang asesmen keterampilan menulis bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Pembahasan difokuskan pada penetapan ruang lingkup keterampilan menulis, bagaimana mengases dan menganalisis hasil asesmen keterampilan menulis.
    Kata Kunci: Asesmen, keterampilan menulis

    PENDAHULUAN

    Ketika seorang siswa mengalami kesulitan dalam keterampilan menuliskan sesuatu, maka guru seyogianya mampu mengases kemampuan siswa tersebut untuk mengembangkan keterampilan yang diperlukan. Monroe (1973) mengemukakan mungkin metoda terbaik dan paling mudah untuk guru dalam mengases kesulitan menulis adalah melalui suatu pendekatan inspeksi visual (a visual inspection approach), yaitu guru hanya mengamati siswa ketika ia membuat bentuk-bentuk huruf dan menentukan tindakan tertentu yang dalam proses pembentukan tersebut menyebabkan siswa tersebut mengalami kesulitan (Payne & Payne,1981:216). Di Negara-negara yang sudah maju banyak alat ukur keterampilan menulis yang dapat digunakan, seperti: Writing Our Language, Wide Range Achievement Test, dan the Slingerland. Tes-tes tersebut digunakan untuk menggali kesalahan-kesalahan dalam menulis secara spesifik dan digunakan sebagai alat informasi diagnostik tentang diri siswa. Namun walaupun demikian, guru tetap harus meneliti secara visual tulisan tangan siswa yang bersangkutan yang kemudian merencanakan bagaimana strategi dalam melaksanakan remediasinya.
    Secara umum, tampaknya tidak ada test formal untuk mengases keterampilan menulis seorang siswa, terutama keterampilan menulis untuk anak berkebutuhan khusus. Suatu tes visual yang secara tertutup (a close visual examination) kelihatannya dapat memberikan informasi yang memadai kepada para guru untuk membantu para ABK dalam mengembangkan atau meremediasi keterampilan menulis yang lebih spesifik. Pengembangan tentang keterampilan-keterampilan pramenulis sangat memerlukan ketajaman indera pendengaran dan penglihatan yang memadai, juga koordinasi antara berbagai modalities dengan gerak-gerak motorik. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk memasuki sekolah formal, seorang ABK tidak diasumsikan memiliki ketajaman visual, auditory dan aktivitas motorik yang sama dengan anak-anak pada umumnya dimana mereka mungkin telah menguasainya pada saat masuk sekolah. Payne (1981:217) mengemukakan aktivitas yang sangat bermakna dalam program kesiapan (readiness program), di mana seorang siswa harus mampu memanipulasi berbagai obyek, seperti balok, manik-manik, kacang-kacangan dan baut-baut, dan sebagainya yang memungkinkan siswa mampu mengembangkan gerakan-gerakan yang akan memudahkan dalam mengembangkan keterampilan menulisnya. Guru dapat mendorong siswa melalui manipulasi berbagai obyek untuk membantu mengembangkan atau memperkuat kemampuannya seperti: menyentuh, menjangkau, menggenggam, dan melepaskan obyek. Kajian asesmen keterampilan menulis dalam pendidikan ABK ini membahas tentang bagaimana menetapkan ruang lingkup materi keterampilan menulis, bagaimana menyu¬sun kisi-kisi asesmen informal keterampilan menulis , dan bagaimana mengembangkan alat ukur asesmen informal keterampilan menulis berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat serta bagaimana melaksanakan dan menganalisis hasil asesmen informal keterampilan menulis dalam pendidikan ABK



    PEMBAHASAN


    Penetapan Ruang Lingkup Materi Keterampilan Menulis
    Yang dimaksud dengan asesmen keterampilan menulis adalah suatu proses dalam memperoleh informasi tentang penguasaan atau keterampilan menulis yang telah dimiliki siswa saat ini serta untuk menemukan kesulitan hambatan dalam mempelajari keterampilan menulis yang dialaminya. Adapun tujuan asesmen keterampilan menulis untuk mengetahui gambaran secara menyeluruh keterampilan menulis apa yang telah dikuasai siswa dan keterampilan menulis apa yang belum dikuasai siswa. Dengan demikian hasil asesmen akan menjadi landasan bagi penyusunan program pembelajaran menulis siswa yang bersangkutan. Untuk dapat melakukan asesmen keterampilan menulis dengan baik, maka perlu pemahaman tentang pengertian keterampilan menulis.
    Terdapat beberapa pendapat tentang pengertian menulis. Lerner (1985) mengemukakan bahwa menulis adalah menuangkan ide ke dalam suatu bentuk visual. Tarigan (1986) menjelaskan bahwa menulis adalah melukiskan lambang-lambang grafis dari bahasa yang dipahami oleh penulisnya maupun orang-orang lain yang menggunakan bahasa yang sama dengan penulis tersebut. Sedangkan Hargrove & Poteet (1984) mengemukakan bahwa menulis merupakan penggambaran visual tentang pikiran, perasaan dan ide dengan menggunakan simbol-simbol sistem bahasa penulisnya untuk keperluan komunikasi atau mencatat. Dari sekian banyak pendapat di atas Mulyono Abdurahman (1996:192) menyimpulkan bahwa menulis merupakan: (a) salah satu komponen system komunikasi, (b) penggambaran pikiran, perasaan, dan ide ke dalam bentuk lambang-lambang bahasa grafis, dan (c) dilakukan untuk keperluan mencatat dan komunikasi.
    Untuk dapat melaksanakan asesmen keterampilan menulis dan menyusun program yang baik, guru perlu mengetahui secara umum organisasi materi keterampilan menulis dan jenis-jenis keterampilan yang terkait. Pada dasarnya materi keterampilan menulis mencakup empat keterampilan, yaitu: (a) keterampilan pramenulis, (b) keterampilan menulis permulaan, (c) keterampilan mengeja, dan (d) keterampilan menulis lanjutan (mengarang)(Sunardi,1997).
    Selanjutnya Sunardi (1997:4) mengemukakan bahwa keterampilan pramenulis mencakup: (a) meraih, meraba, memegang, dan melepas benda, (b) mencari perbedaan dan persamaan berbagai benda, bentuk, warna, bangun, dan posisi, (c) menentukan arah kiri, kanan, atas, bawah, depan, dan belakang. Sedangkan keterampilan menulis dengan tangan (permulaan) meliputi: (a) memegang alat tulis, (b) menggerakkan alat tulis (atas-bawah,kiri-kanan,melingkar), (c) menyalin huruf, kata, kalimat dengan huruf balok, (d) menulis namanya dengan huruf balok, (e) menyalin huruf balok dari jarak jauh, (f) menyalin huruf, kata, kalimat dengan tulisan bersambung, dan (g) menyalin tulisan bersambung dari jarak jauh. Adapun keterampilan mengeja mencakup: (a) mengenal huruf abjad, kata, (b) mengucapkan kata yang diketahuinya, (c) mengenal perbedaan/persamaan konfigurasi kata, (d) mengasosiasikan bunyi dengan huruf, (e) mengeja kata, (f) Menemukan aturan ejaan kata, dan (g) menuliskan kata dengan ejaan yang benar.
    Adapun keterampilan menulis lanjut atau ekspresif (mengarang) seperti yang dikemukakan Moh.Amin (1995) meliputi: (a) reproduksi, (b) deskripsi (uraian), (c) ciptaan dan (d) karangan Penjelasan. Selanjutnya dijelaskan bahwa dalam membuat karangan reproduksi, siswa menceriterakan kembali karangan yang telah dibuat oleh orang lain. Siswa tidak perlu menyebutkan kembali semua kata yang terdapat pada teks bacaan aslinya. Siswa boleh menggantinya dengan kata-kata yang dipilihnya dan boleh membuang bagian-bagian yang dianggap kurang penting atau menambahkan bagian-bagian yang dianggapnya lebih memperjelas maksud karangan. Karangan reproduksi ini penting, karena: (a) mengimbangi gagasan yang belum dapat siswa susun sendiri sehingga memberikan kesempatan berlatih menyatakan pikiran, perasaan, dan kehendak sekalipun mereka belum dapat menyusunnya sendiri, dan (b) waktu mereproduksikan karangan orang lain, siswa melihat bagaimana cara orang lain menyusun perasaan, pikiran dan kehendak.
    Pada karangan uraian (deskripsi) siswa berlatih mengemukakan sesuatu sebagaimana adanya. Disini siswa sudah tidak hanya menyatakan kembali pikiran, perasaan, dan kehendak orang lain lagi, melainkan merumuskan kenyataan-kenyataan menjadi kata-kata dan kalimat. Misalnya tentang apa yang dilakukannya sebelum pergi sekolah, apa yang dilihatnya di jalan, dan sebagainya. Jenis karangan ini lebih sulit dari pada karangan reproduksi. Disamping harus merumuskan kenyataan menjadi kata-kata dan kalimat, dalam karangan ini siswa harus juga menentukan dari mana akan memulai dan di mana akan berakhir.
    Dalam karangan ciptaan, siswa harus merumuskan pikiran, perasaan, dan kehendak yang tidak dirumuskan dahulu oleh orang lain. Kenyataan-kenyataan mungkin masih dipergunakannya sebagai bahan, akan tetapi harus diberinya warna baru. Dalam membuat karangan ciptaan, siswa harus merumuskan apa yang sebenarnya sedang tidak terjadi. Misalnya membuat surat permisi karena sakit padahal dalam keadaan sehat, menyatakan apa yang akan dikerjakannya kalau sudah besar padahal masih kanak-kanak, dan sebagainya.
    Dalam karangan penjelasan, siswa menjelaskan mengapa sesuatu dikerjakan atau harus dikerjakan, bagaimana cara mengerjakan pekerjaan itu, dan sebagainya. Judul karangan ada yang menarik minat siswa ada juga yang tidak. Judul menarikpun ada yang sukar dikarang apalagi yang tidak menarik. Menurut hasil penelitian hal-hal yang menarik perhatian anak usia 7-10 tahun ialah pengalaman pribadi, peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan perubahan musim, dongeng, permainan, hal-hal yang berkenaan dengan anak dan orang tuanya, hal-hal mengenai binatang, dan ceritera tentang orang-orang istimewa atau terkenal. Selanjutnya hal-hal yang menarik perhatian anak usia 11 tahun atau lebih ialah pengalaman sendiri, pengalaman pergi dan petualangan, olah raga dan kelakuan di luar ruang kesusasteraan, ceritera binatang, kehidupan di rumah, hobi, peristiwa-peristiwa hangat, cerita orang-orang ternama, dan khayal; sedangkan hal-hal yang jarang menarik perhatian anak adalah pembicaraan mengenai kesehatan, kemasyarakatan, kenegaraan, penjelasan-penjelasan tentang peribahasa dan kata-kata mutiara, penjelasan-penjelasan yang sering menge¬nai benda-benda seperti payung, kaos kaki, dan sebagainya.
    Asesmen Informal Keterampilan Menulis
    Keterampilan menulis bersifat multidiensi, sehingga tidak dapat diukur secara tepat hanya dengan menghitung skor atau kualitas komposisi tulisan siswa. Seperti halnya keterampilan membaca, sebenarnya dapat dikembangkan tes-tes yang berstandar untuk mengukur keterampilan menulis. Namun demikian, di Indonesia masih sulit dicari tes-tes semacam itu. Oleh karena itu, guru harus mengadakan asesmen secara informal. Artinya, guru itu sendiri yang menyusun, memberikan, dan menafsirkan hasil asesmen sendiri. Dengan pengetahuan guru tentang ruang lingkup materi keterampilan menulis, guru dapat dengan mudah menyusun asesmen informal baik dalam bentuk daftar atau tabel. Berikut dikemukakan contoh kisi-kisi asesmen informal keterampilan menulis berdasarkan ruang lingkup materi di atas.



    Tabel 1
    Contoh Kisi-kisi Asesmen Informal Keterampilan Menulis

    Ruang lingkup Penjabaran Materi
    Pramenulis a. Meraih, meraba, memegang, dan melepas benda
    b. Mencari perbedaan/persamaan berbagai obyek,bentuk, warna, ukuran


    Menulis Permulaan a. Memegang alat tulis
    b. Menggerakkan alat tulis (atas-bawah,kiri-kanan,melingkar)
    c. Menyalin huruf, kata, kalimat dengan huruf balok
    d. Menulis namanya dengan huruf balok
    e. Menyalin huruf balok dari jarak jauh
    f. Menyalin huruf, kata, kalimat dengan tulisan bersambung
    g. Menyalin tulisan bersambung dari jarak jauh

    Keterampilan Mengeja a. Mengenal huruf abjad, kata (misalnya,dari namanya sendiri)
    b. Menuliskan kata yang diketahuinya
    c. Mengenal perbedaan/persamaan konfigurasi/bentuk kata
    d. Mengasosiasikan bunyi dengan huruf
    e. Mengeja kata
    f. Menemukan aturan ejaan kata
    g. Menuliskan kata dengan ejaan yang benar

    Keterampilan (Menulis Lanjut) Mengarang a. Reproduksi
    b. Deskripsi (uraian)
    c. Ciptaan
    d. Penjelasan



    Selain yang dikemukakan di atas, guru dapat pula membuat kisi-kisi asesmen informal keterampilan menulis berdasarkan kurikulum yang berlaku saat ini. Berikut dikemukakan contoh kisi-kisi instrumen asesmen keterampilan menulis berdasarkan KTSP PP No.22 dan 23 Tahun 2006.


    Tabel 2
    Contoh Kisi-kisi Asesmen Informal Keterampilan Menulis
    (Kls 1/Smt 1 SD/MI Berdasarkan KTSP PP No.22 dan 23 Tahun 2006)

    Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator
    Menulis permulaan dengan menjiplak, menebalkan, mencontoh, melengkapi, dan menyalin 1.1 Mempersiapkan diri untuk belajar dasar-dasar menulis (Melemaskan otot tangan) 1. Meniru gerakan
    2. Menulis di udara
    3. Menebalkan bentuk benda
    4. Menirukan gerakan (naik, turun, berkelok)
    5. Membentuk gambar benda
    6. Menebalkan gambar
    1.2. Menebalkan berbagai bentuk gambar, bentuk huruf, dan kata 1. Menebalkan huruf
    2. Menebalkan kata
    3. Melengkapi suku kata menjadi kata
    1.3.Mencontoh huruf, kata, atau kalimat sederhana dari buku atau papan tulis 1. Menebalkan huruf
    2. Mencontoh tulisan huruf dengan menyalin
    3. Mencontoh tulisan kata dengan menyalin
    4. Mencontoh tulisan kalimat sederhana dengan menyalin
    5. Melengkapi kata dengan huruf yang tepat
    6. Melengkapi kalimat sesuai dengan gambar



    1.4. Menebalkan gambar, mencontoh huruf, kata, atau kalimat sederhana 1. Menulis huruf dengan rapi
    2. Menulis dan menyalin kata dengan rapi
    3. Melengkapi kalimat
    1.5. Mencontoh huruf, kata, atau kalimat sederhana dari buku atau papan tulis 1. Menebalkan dan mencontoh kalimat
    2. Mencontoh kalimat
    3. Melengkapi kata
    4. Melengkapi kalimat
    5. Menyusun kalimat acak
    1.6 menyalin kalimat sederhana dengan huruf lepas 1. Menulis kata sesuai gambar
    2. Menyalin kalimat
    3. Melengkapi kalimat


    Pengembangan Alat Ukur Asesmen Informal Keterampilan Menulis
    Pengembangan alat ukur asesmen informal keterampilan menulis dibuat berdasarkan kisi-kisi yang telah disusun. Dengan demikian kisi-kisi yang telah tersusun akan menjadi landasan dalam pembuatan alat ukur tersebut. Alat ukur dikembangkan berdasarkan indikator-indikator yang telah dijabarkan dari subkomponen keterampilan menulis yang telah dipahami baik pengertiannya maupun ruang lingkupnya. Terdapat beberapa bentuk asesmen informal keterampilan menulis (Resmini,N, 2010:813), yaitu: portofolio, rubrik, cuplikan kerja, diskusi, catatan anekdotal, jurnal, contoh tulisan, observasi dan checklist (penandaan). Sunardi (1997:7) mengemukakan bahwa untuk keterampilan menulis terkecuali asesmen keterampilan pramenulis, asesmen yang paling praktis adalah menganalisis sampel hasil tulisan siswa. Disarankan paling tidak tiga sampel tulisan siswa, yaitu tulisan dalam kondisi normal, tulisan terbaik, dan tulisan tercepat Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh berikut ini.


    Tabel 3
    Contoh Pengembangan Alat Ukur Asesmen Informal
    Keterampilan Pramenulis

    IDENTITAS SISWA
    Nama : Kelas :
    Usia / jenis kelamin : Sekolah :

    Pokok
    Bahasan Sub Pokok Bahasan Alat Ukur Kemampuan Keterangan
    Dpt Tdk
    1. Pra¬menulis


    a. Meraih, meraba, memegang, dan melepaskan benda 1)Siswa diminta untuk mengambil obyek-obyek kecil yang disediakan asesor/guru
    2) Siswa diminta untuk meraba obyek-obyek kecil yang disediakan asesor/guru
    3) Siswa diminta untuk memegang obyek-obyek kecil yang disediakan asesor/guru
    4) Siswa diminta untuk melepas/menja¬tuhkan/membuang obyek-obyek kecil yang disediakan asesor/guru

    Tabel 4
    Contoh Pengembangan Alat Ukur Asesmen Informal
    Keterampilan Mengeja

    IDENTITAS SISWA
    Nama : Kelas :
    Usia / jenis kelamin : Sekolah :

    SAMPEL
    TULISAN Tugas 1. Mengenal huruf abjad, kata
    a. Tulislah namamu sendiri!
    Kondisi normal
    Tulisan terbaik

    Tulisan tercepat


    Tabel 5
    Contoh Pengembangan Alat Ukur Asesmen Informal
    Keterampilan Menulis Lanjut (Mengarang)

    IDENTITAS SISWA
    Nama : Kelas :
    Usia / jenis kelamin : Sekolah :

    Tugas (karangan reproduksi): Tulislah apa yang kamu pahami dari teks bacaan yang tersedia di bawah ini! (Guru/asesor menyediakan teks bacaan sesuai dengan tingkat/kelas siswa yang bersangkutan)






    Pelaksanaan dan Analisis Hasil Asesmen Keterampilan Menulis
    Seperti yang dikemukakan sebelumnya bahwa untuk keterampilan menulis, terkecuali asesmen keterampilan pramenulis, asesmen yang paling praktis adalah menganalisis sampel hasil tulisan siswa. Oleh karena itu prosedur pelaksanaan asesmen keterampilan menulis yang pertama adalah meminta sampel hasil tulisan siswa. Ada tiga hal yang perlu diperhatikan sebelum siswa melakukan tugas yang diminta, yaitu: a) berikan pengarahan yang jelas, b) berikan Lembar Kerja Siswa (LKS), dan c) bubuhkan identitas siswa. Kedua, Guru/asesor mengamati proses menulis siswa. Ada beberapa komponen yang dapat diamati dalam pelaksanaan asesmen keterampilan menulis (Sunardi, 1997), di antaranya: a) memegang pensil dengan benar, b) arah menulis (dari kiri ke kanan), c)posisi kertas/buku, d) posisi duduk siswa, e) jarak mata dengan kertas/buku, f) kondisi siswa saat menulis (tegang, frustrasi, emosional), dan g) sikap yang ditunjukkan siswa (negatif, bosan, mengganggu ). Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel pengamatan proses menulis siswa berikut ini.


    Tabel 6
    Komponen yang Dapat Diamati dalam Pelaksanaan Asesmen Keterampilan Menulis (Sunardi, 1997)


    Komponen yang diamati Hasil Keterangan
    Tepat Kurang tepat Tidak tepat
    1. Memegang pensil dengan benar
    2. Arah menulis (dari kiri ke kanan)
    3. Posisi kertas/buku
    4. Posisi duduk siswa
    5. Jarak mata dengan kertas/buku
    6. Kondisi siswa saat menulis (tegang, frustrasi, emosional)
    7. Sikap yang ditunjukkan siswa (negatif, bosan, mengganggu).


    Langkah selanjutnya adalah menganalisis sampel hasil tulisan siswa. Adapun aspek-aspek yang dianalisis antara lain adalah bentuk huruf/kata, ukuran, letak dan proporsi huruf, konsistensi jarak antar huruf, konsistensi tebal-tipis huruf, konsistensi tegak-miring huruf, dan kecepatan dalam menulis. Adapun aspek-aspek untuk menganalisis hasil asesmen keterampilan mengarang, diantaranya adalah aspek kelancaran, kosakata, struktur dan tanda baca, dan isi karangan yang meliputi: ketepatan, kekayaan ide, dan organisasi.


    KESIMPULAN

    Secara garis besar organisasi materi keterampilan menulis mencakup empat keterampilan besar, yaitu: keterampilan pramenulis, keterampilan menulis permulaan, keterampilan mengeja, dan keterampilan menulis lanjutan (mengarang). Terdapat empat jenis karangan, yaitu karangan reproduksi, karangan uraian, karangan ciptaan, dan karangan penjelasan.
    Ada beberapa hal yang dapat diamati pada saat pelaksanaan asesmen keterampilan menulis, di antaranya adalah: Memegang pensil dengan benar, arah menulis (dari kiri ke kanan), posisi kertas/buku, posisi duduk siswa, jarak mata dengan kertas/buku, kondisi siswa saat menulis (tegang, frustrasi, emosional), sikap yang ditunjukkan siswa (negatif, bosan, mengganggu).





    DAFTAR PUSTAKA
    Abdurahman, Mulyono, (2001).Pendidikan bagi Anak berkesulitan Belajar, Jurusan PLB UNJ Jakarta.
    Abdurahman, Mulyono dan Estiningsih, E.(1997).Menangani Kesulitan Belajar Berhitung, Jakarta: Depdikbud.
    Amin, Moh. (1995).Ortopedagogik anak tunagrahita, Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
    Depdiknas (2006).Standar Isi, Standar kompetensi Lulusan, dan Panduan Penyusunan KTSP Sekolah Dasar, Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan-Dikti.
    Hargove, Linda J & Poteet, James A. (1984).Assesment in Special Education, The Education Evaluation, New Jersey, Prentice Hall, Inc.
    Hargove, Linda J and Poteet, James A (1984), Assesment children, introduction to special education, Boston : Alyn Bacon.
    Lerner, Janet,W. (1989).Learning Disabilities, Teories, Diagnosis, and teaching Strategies, USA: Houghton Mifflin Company.
    McLoughlin,James,A. & Lewis, Rena,B (1981).Assessing Special StudentsStrategies and Procedures, USA: Merril Publishing Company.
    Mercer Cecil D & Mercer, Ann,R (1989), Teaching student with Learning Problems, , USA: Merill Publishing Company.
    Myers, Patricia (1986). Methods for Learning disorder, New York: John Wiley and Sons
    Payne & Payne (1981).Strategies for Teaching Mentally Retarded 2nd, USA: Charles E.Merrill Publishing Company.
    Resmini, N.(2010).Asesmen dalam Pengajaran Menulis di Sekolah Dasar, dalam Proceeding 2nd International Seminar 2010 Practice Pedagogic in Global Education Perspective, Bandung: UPI
    Rochyadi & Alimin, Z (2005).Pengembangan Program Individual Bagi Anak Tunagrahita, Jakarta: Depdiknas.
    Rochyadi & Soendari (2001).Tingkat Penerapan dan pemahaman Program Individualisasi Pendidikan (IEP) Oleh Guru-guru SLB di Kodya Bandung, Jakarta: Proyek Pengkajian dan Penelitian Ilmu Pengetahuan, Dikti.
    Soendari, T (1996).Penerapan Program Individualisasi dalam Pengajaran Berhitung bagi Anak Luar Biasa, (Makalah disajikan dalam P2M pada Guru-guru SLB di Kodya Bandung).
    Suaheri, HN. (1987).Ortodidaktik Anak Tunagrahita III, Jurusan PLB- FIP- IKIP Bandung.
    Sunardi & Muchlisoh (1997).Menangani Kesulitan Belajar Membaca, Jakarta: Depdikbud.
    Yusuf, Munawir, dkk (1997).Mengenal Siswa Berkesulitan Belajar, Jakarta: Depdikbud.

    Label: